ANALISIS KLASIFIKASI EMOSI PADA CERPEN BUKAN MAHASISWA SAYA KARYA BUDI DARMA

ANALISIS KLASIFIKASI EMOSI PADA CERPEN BUKAN MAHASISWA SAYA
KARYA BUDI DARMA
Oleh : Naimatul Jannah
5.15.06.13.0.023

1.      RASA BERSALAH YANG DIPENDAM
Rasa bersalah bisa disebabkan oleh adanya konflik antara ekspresi implus dan standar moral. Perasaan bersalah dan rasa malu tidak sama, walaupun sangat terkait. Perasaan bersalah muncul dari adanya presepsi perilaku seseorang yang bertentangan dengan nilai-nilai moral atau etika yang dibutuhkan oleh suatu kondisi. 
Sebagaimana analisis dalam cerpen Bukan Mahasiswa Saya :
Setelah berbasa-basi sebentar dia mengaku bahwa dia memang bukan mahasiswa saya. Dengan permohonan maaf dia menyatakan bahwa dahulu sebetulnya dia mahasiswa MIPA jurusan matematika. Dan, karena dia tertarik sastra, khususnya sastra dunia, dia sering menyelundup ke kelas saya. Setiap kali menyelundup dia memilih deretan tempat duduk di belakang, selalu menunduk, supaya bisa memberi kesan bahwa dia tidak ada.
Dalam kutipan cerpen di atas mencul rasa bersalah yang dipendam yaitu Abidin yang dulunya mahasiswa MIPA jurusan Matematika. Karena dia sangan menyukai sastra dia sering menyeludup ke kelas lain dan dia baru mengakui kepada dosennya setelah dia lulus S3 dan mendapatkan pekerjaan.
 “Maaf, Pak, pada waktu saya menyelundup ke kuliah-kuliah Bapak, saya tidak mengenal nama Maryam, tapi kemudian saya sadar, seperti Maryam, saya suka menggambar, membaca puisi, dan membaca novel. Karena itulah saya sering menyelundup ke kelas Bapak. Sebetulnya saya ingin juga menyelundup ke kelas seni rupa, tapi saya selalu diusir. Maklumlah, mahasiswa seni rupa kan banyak praktik, kalau saya menyelundup, pasti ketahuan.”
Kutipan tersebut adalah sebagai bukti Abidin terhadap kesalahannya.

2.      MENGHUKUM DIRI SENDIRI
Perasaan bersalah yang paling mengganggu adalah sebagaimaa terdapat dalam sikap menghukum diri sendiri. Si individu terlihat sebagai sumber dari masalah.
Sebagaimana yang terdapat dalaam kutipan cerpen Bukan Mahasiswa Saya:
“dia nekat menelepon dengan video call, barulah saya ingat bahwa wajah ini pernah saya kenal entah kapan dan entah di mana.”.
Abidin rela melakukan hal tersebut sebagai hukuman dan pertanggung jawaban atas kesalahan yang telah dilakukan semasa S1 dulu kepada dosennya.

3.      RASA MALU
Rasa malu berbeda dengan rasa bersalah. Timbulnya rasa malu tanpa terkait dengan rasa bersalah.
Setelah mengobrol tentang pengalamannya menyelundup di kelas saya, dengan nada ragu-ragu dia bertanya, “Maaf, Bapak, bolehkah saya mengeluarkan pendapat saya? Tapi saya malu. Saya takut pendapat saya ngawur.””.
Kutipan cerpen tersebut menunjukan rasa malu Abidin terhadap sang dosen untuk mengeluarkan pendapaatnya.
“Maaf, Bapak, saya bukan siapa-siapa. Dan saya hanya membaca satu novel karya mereka. Mungkin kebetulan yang saya baca bukan novel terbaik mereka. Tapi novel terburuk mereka yang punya nama besar itu.”
Abidin selalu mengucapkan kata “maaf” terlebih dahulu untuk mengawali pendapatnya karena ia merasa malu terhadap sang dosen.
Tampak Abidin ingin mengemukakan sesuatu, tapi dapat menahan diri. Akhirnya dia saya ajak ke mall untuk makan, dan sesudah makan dia saya antar ke Bandara Juanda.” Kutipan tersebut menunjukan bahw Abidin merasa malu untuk mengemukakan sesuatu terhadap dosennya dan akhirnya sang dosen mengajakknya ke mall karena itu akhirnya Abidin mulai berani mengemukakan pendapatnya.
4.      KESEDIHAN
Kesedihan atas dukacita berhubunan dengan kehilangan sesuatu yang penting atau bernilai. Intensitas kesedihan tergantung pada nilai, biasaya kesedihan yang teramat sangat bila kehilangan orang yang dicintai.
Berita terbaru: Maryam Mirzakhani, empat puluh tahun, dalam keadaan kritis. Malam harinya saya membuka Fox News lagi, dan dari berita inilah saya tahu bahwa Maryam Mirzakhani, tokoh matematika yang sangat terkemuka, sudah meninggalkan dunia fana.
Kutipan diatas yaitu berita meninggalnya tokoh idaman Abidin dan sang dosen meninggal dunia yang pasti akan membuat keduanya sangat sedih.
5.      CINTA
Cinta diikuti oleh perasaan setia dan sayang. Ada yang berpendapat bahwa cinta tidak mementingkan diri sendiri, bila tidak demikian berarti bukan cinta sejati.
sebetulnya dia mahasiswa MIPA jurusan matematika. Dan, karena dia tertarik sastra, khususnya sastra dunia, dia sering menyelundup ke kelas saya.
Karena perasaan cinta Abidin terhadap sastra dia memilih nekad untuk menyeludup ke kelas satra untuk mempelajari tentang ilmu sastra. Padahal dia merupakan mahasiswa jurusan Matematika.
Selama bekerja di Jakarta dia sering mendapat tugas untuk bepergian ke luar negeri, tapi dia tetap memakai SIM card Indonesia. Karena itulah, semua pesan kepada saya tidak tampak tanda-tanda dia sedang di Vietnam, India, Brussel, Amsterdam, Paris, dan entah mana lagi.
Bukti kecintaan Abidin terhadap tanah air yaitu walau seringkali dia bertugas ke luar negeri namun dia tetpa memakai SIM card Indonesia.
Dia menyatakan, sastra yang dianggap sebagai sastra dunia sekarang sangat mengecewakan. Sastra dunia, itulah salah satu mata kuliah saya dulu. Ada beberapa contoh, misalnya, kata dia, novel Orhan Pamuk, novel Najib Mahfudz, novel Adiga, novel Khaled Hosseini, dan yang terbaru novel Han Kang. Novel Orhan Pamuk, setidaknya yang pernah dia baca, terlalu berbelit-belit.
Novel Najib Mahfudz yang pernah dia baca, yaitu Pencopet dan Para Begundal, mirip novel thriller. Daripada membaca Pencopet dan Para Begundal, kata dia, lebih baik membaca novel-novel Sidney Sheldon sekalian. Sidney Sheldon tahu bahwa dia tidak lain adalah pengarang thriller, karena itu Sidney Sheldon, kata Abidin pula, tidak perlu berpura-pura menulis novel sastra kelas atas.
Dalam novel Adiga, kata Abidin, tokoh sentralnya sadar bahwa dia korban kemiskinan, dan karena itulah dia membenci kelas atas, apalagi yang sombong, sampai akhirnya dia membunuh juragannya. Itulah napas novel Adiga, White Tiger. Andaikata tidak ada Taliban di Afghanistan, Hosseini tidak mungkin mampu menulis novel The Kite Runner. Situasi yang sangat buruk dan penderitaan tanpa tara di Afghanistan akibat ulah Taliban dimanfaatkan oleh Hosseini.
Perempuan dalam novel Han Kang The Vegetarian menjadi sinting, atau tambah sinting, karena ayahnya, veteran perang Vietnam, suka menyiksa, kasar, dan kata-katanya juga jorok dan menjijikkan. Andaikata ayahnya tidak begitu, mungkin tokoh utamanya hidup normal.
Dalam kutipan cerpen di atas dia mampu menjelaaskan tentang isi dan keritik beberapa karya sastra terkenal. Perilaku tersebut adalah bukti cinta Abidin terhadap ilmu sastra.
Penjabaraan diatas adalah bukti-bukti analisis Klasifikasi Emosi pada cerpen Bukan Mahasiswa Saya karya Budi Darma.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUBUNGAN STILISTIKA DENGAN ILMU LAIN

PEMILIHAN BACAAN SASTRA ANAK