PEMILIHAN BACAAN SASTRA ANAK

MAKALAH
PEMILIHAN BACAAN SASTRA ANAK
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sastra Anak Dan Populer
Dosen Pengampu : Taswirul Afkar, S. S., M. Pd.











Naimatul Jannah  
      
5.15.06.13.0.023











PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM MAJAPAHIT
MOJOKERTO
2016

KATA PENGANTAR
Segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan kepada saya dalam pentusunan laporan ini.
Sholawat beriring salam juga tak lupa kami sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menghantarkan kehidupan ini menjadi lebih beradab.
 Dalam penyusunan laporan ini banyak mengalami hambatan namun berkat arahan dan bimbingan dari berbagai pihak maka kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu kami bapak Taswirul Afkar, S. S., M. Pd. Yang telah banyak membantu kami untuk menyelesaikan makalah ini. Dan kepada semua pihak yang telah memberikan masukan dan arahan sehingga laporan ini dapat diselesaikan.
Kami sangat menyadari bahwa laporan ini masih banyak terhadap kekurangan dan kekeliruan dan masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu saran dan kritik pembaca kami harapkan demi kesempurnaan di masa yang akan datang. Semoga laporan ini bermanfaat bagi para pembaca.










Mojokerto, 20 September 2016



Penyusun



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................. I
DAFTAR ISI ............................................................................................................... II
BAB I  PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B.  Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
C.  Tujuan Masalah .................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 2
            A . Penilaian Sastra Anak .......................................................................................... 2
            B.   Dimana Bacaan Sastra Anak Dapat Diperoleh ? ................................................. 9
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 11
A.  Simpulan ............................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 12




 BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sebagaimana halnya manusia dewasa anak juga memiliki rasa ingin tahu untuk mengenal dunia di sekelilingnya. Pemuasan rasa ingin tahu seorang anak dapat dipenuhi mealui berbagai macam cara dan salah satunya adalah lewat bacaan. Bacaan anak itu sendiri amat beragam yang membentang mulai cerita lucu, berbagai cerita tradisional, fiksi, puisi, komik dan lain-lain sampai dengan bacaan yang berbicara tentang berbagai informasi faktual. Misalnya, bacan tentang tokoh-tokoh terkenal, olahraga, kehidupan binatang, dan yang lain-lain yang isinya memang ada dan dapat dibuktikan secara empirik. Hal itu tidak berbeda halnya dengan kebutuhan informasi oleh orang dewasa yang juga dapat diperoleh lewat berbagai macam bacaan yang berisi tentang berbagai hal.
Anak belum dapat memilih bacaan sastra yang baik untuk dirinya sendiri. Anak akan membaca apa saja bacaan yang ditemui tak peduli cocok atau tidak untuknya karena memang belum tahu. Agar anak dapat memperoleh bacaan yang sesuai dengan perkembangan kediriannya, kita harus peduli dengan bacaan yang dikonsumsikan kepadanya. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bacaan sastra yang dapat akan berperan menunjang pertumbuhan dan perkembangan sebagai aspek kedirian anak. Untuk itu, pemilihan bacaan harus dilakukan dengan hati-hati.
Namun demikian, pemilihan bacaan yang dimaksud haruslah tidak dilakukan secara serampangan atau berdasarkan selera subjektif dan kacamata orang dewasa. Bagaimanapun yang berkepentingan dalam hal ini adalah anak, maka kebutuhan anak harus menjadi kriteria pertama yang dijadikan pegangan. Pimilihan bacaan harus mempertimbangkan hal-hak tertentu yang telah diakui ketepatannya dan dapat dipertanggung jawabkan. Secara teoritis dan berdasarkan penelitian diketahui ada keterkaitan tiap tahap perkembangan kejiwaan dan respons anak terhadap buku bacaan atau cerita yang dikisahkan secara lisan. Pembicaraan dibawah ini melihat keterkaitan yang dimaksud yang berimplikasi pada pemilihan bacaan yang tepat.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana penilaian sastra anak ?
2.      Dimanakah bacaan sastra anak dapat diperoleh ?
C.    Tujuan Masalah
1.      Untuk mendeskripsikan penilaian sastra anak.
2.      Untuk mendeskripsikan dimana bacaan sastra anak dapat diperoleh.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Penilaian Sastra Anak
Penilain sastra anak yang dimaksud haruslah dipahamidalam kaitannya dengan tujuan pemilihan bacaan bagi anak sesuai dengan perkembangan kediriannya. Setelah selesai membaca sebuan bacaan cerita, adakalanya anak menceritakan isi cerita dan menunjukkan sikap atau reaksinya terhadap cerita itu. Atau, jika anak tidak memberikan tanggapan, kitalah yang memancing atau meminta tanggapan atau komentar anak tentang cerita yang baru saja dibacanya. Komentar itu misalnya berupa kata-kata: ceritanya menyedihkan, menyenangkan, kasihan tokoh cerita yang malang itu, tokoh jahat itu akhirnya ketahuan juga, untunglah ada orang lain yang datang membantu, dan lain-lain. Hal itu menunjukkan bahwa tanggapan anak lebih bersifat emosional (Huck dkk. 1987:17). Anak akan secara total masuk dan terlibat dalam alur cerita yang dibaca atau didengarnya seolah-olah diri sendiri ikut serta di dalamnya.
Untuk itu, kita haruslah berpikir kritis memilihkan bacaan cerita sastra sesuai dengan efektif buat anak, bacaan yang baik dan sengaja ditulis untuk konsumsi anak-anak. Hal itu berarti bahwa kita, guru dan orang tua haruslah memahami perkembangan cara berpikir anak, perkembangan emosional, sosial, dan bahasa serta perubahan kriteria kemenarikan. Singkatnya, kita harus mempunyai kemampuan untuk memilih secara tepat bacaan-bacaan yang dimaksud dengan mempergunakan kriteria yang dapat dipertanggung jawabkan.
Pemilihan bacaan untuk setiap genre memiliki kriteria tersendiri yang sesuai karena bacaan-bacaan tersebut juga memiliki perbedaan. Misalnya, kriteria untuk buku cerita bergambar, puisi anak, cerita realistik, fantasi, cerita tradisional, dan bacaan nonfiksi tentulah berbeda. Secara lebih konkret misalnya, mempertimbangkan buku cerita realistik historis tentunya berbeda dengan buku cerita fantasi, fabel, dan legenda. Sama-sama berkisah tentang binatang antara cerita realistik bitang dan fabel juga berbeda.
Penilaian buku bacaan sastra anak yang dikemukakan di bawah ditunjukkan untuk bacaan fiksi. Fiksi tampaknya merupakan genre sastra anak yang paling dibaca anak yang di dalamnya dapat mencangkup sastra modern dan tradisional dengan tokoh manusia atau binatang. Untuk memilih bacaan sastra anak, kita dapat melakukan penilaian terhadap beberapa hal berikut yang mencangkup keseluruhan aspek.
1.      Alur Ceritaa
Alur merupakan aspek pertama yang harus dipertimbangkan karena aspek inilah yang juga pertama-tama menentukan menarik tidaknya cerita dan memiliki kekuatan untuk mengajak anak secara total untuk mengikuti cerita. Alur membuat segala sesuatu yang dikisahkan bergerak dan terjadi. Menurut Lukens (2003:97) anak selalu memiliki rasa ingin tahu yang lebih besar daripada orang dewas, baik tentang aksi, peristiwa, pertanyaan yang membutuhkan jawaban, penemuan bagaimana peristiwa muncul dan bergerak, jawaban atau solusi yang sesuai dengan pertanyaan dan penyelesaian cerita yang membahagiakan atau menyedihkan.
Berbagai peristiwa dan aksi yang ditampilkan baru menarik setelah berada dalam urutan penyajian yang jelas yang menghasilkan sebuah cerita. Dengan kata lain, di dalam sebuah alur cerita terkandung unsur apa yang dikisahkan (isi cerita) dan bagaimana urutan pengisihan. Keduanya saling berhubungan dan sama-sama menentukan derajat kemenarikan dan ketepatan bagi calon pembaca anak.

a.       Isi Cerita
Dalam bacaan sastra anak sesuatu yang dikisahkan itu tentulah berkaitan denga dunia anak dan atau bagaimana anak memandang sesuatu tersebut. Permasalahan anak pun tidak berbeda halnya dengan permasalahan dewasa, yaitu berkaitan dengan hidup dan kehidupan, manusia dan kemanusiaan. Agar menjadi bahan cerita, permasalahan itu tidak sekedar dijajarkan begitu saja, melainkan harus ada sesuatu yang menghubungkan yang menyebabkan semuanya menjadi hidup dan menarik.
Permasalahan yang diangkat ke dalam cerita anak dapat berkaitan dengan masalah konflik antara manusia dengan alam atau lingkungan, manusia dengan masyarakat, manusia dengan diri sendiri dan manusia dengan tuhan. Tentu saja berbagai permasalahan dan konflik tersebut harus dikemas dalam cerita dengan tokoh yang menjadi pelaku dan penderitanya. Permasalahn dalam konflik yang menjadi isi cerita bersifat universal, artinya hal yang sama dapat berlaku di berbagai belahan dunia.
Konsekuensi logisnya adalah isi bacaan cerita untuk anak dari berbagai tingkatan usia dan perkembangan kejiwaan tersebut berbeda. Cerita yang amat menarik bagi anak prasekolah atau awal sekolah sudah tidak lagi menarik bagi anak kelas-kelas akhir sekolah dasar. Secara singkat dapat dikatakan bahwa permasalahan dalam konflik yang dikisahkan haruslah berada dalam jangkaun nalar, intelektual dan emosional anak yang kesemuanya akan bergantung pada usia dan tingkat perkembangan kejiwaannya.
b.      Urutan Penyajian
Masalah urutan penyajian juga memegang peran penting dalam pengembangan alur sebuah bacaaan cerita, maka ia pun perlu dicermati. Alur akan menentukan derajat pemahaman terhadap aspek material cerita yang dikisahkan. Secara umum tentulah dapat dikatakan bahwa alur cerita anak haruslah alur yang sederhana walaupun derajat kesederhanaan itu sendiri dapat dipertanyakan.
Bagaimanapun juga, sebagai sebuah karya sastra, cerita anak juga ditulis berdasarkan daya imajinasi yang di dalamnya terkandung unsur penciptaan. Artinya, ada realitas lain selain realitas faktual itu, yaitu realitas imajinatif. Jadi, dalam cerita itu sengaja diciptakan sebuah dunia lain yang mungkin sama atau berbeda dengan dunia relitas, namun berdasarkan model dari dunia nyata.
2.      Penokohan
Istilah penokohan dapat menunjuk pada tokoh dan perwatakan tokoh. Tokoh adalah pelaku cerita lewat berbagai aksi yang dilakukan dan peristiwa serta aksi tokoh lain yang ditimpakan kepadanya. Dalam cerita bacaan anak tokoh dapat berupa manusia, binatang, atau makhluk dan objek lain seperti makhluk halus dan tetumbuhan.
Dalam sebuah cerita, alur memegang peran penting karena ialah yangmenggerakkan peristiwa dan cerita, tetapi tokoh merupakan unsyur ceritayang paling banyak dibicarakan. Tokoh cerita yang hadir sebagai pelakuberbagai aksi yang seru atau menegangkan sering lebih mengesankan hatipembaca. Setelah selesai membaca sebuah cerita, yang tersisa di ingatan pembaca adalah tokoh. Apalagi jika pembaca cerita itu adalah anak yang sedang memiliki rasa ingin tahu yang besar dalam rangka membangun dunianya.

a.       Kualifikasi tokoh
Tokoh cerita hadir dihadapan pembaca membawa kualifikasi tertentu,terutama yang menyangkut jati diri. Adanya identitas jati diri itulah yangmenyebabkan tokoh yang satu berbeda dengan tokoh yang lain. Tokoh itusendiri dapat dipahami sebagai seseorang yang memiliki sejumlah kulifikasimental dan fisik yang membedakannya dengan yang lain.Lewat kualifikasi mental dan fisik tokoh cerita dapat tampil denganberbagai perwatakan. Pada umumnya cerita anak menampilkan tokoh yangterbelah, yaitu tokoh yang berkualifikasi baik atau jahat. Dilihat dari dimensiperwatakan tokoh, tokoh cerita anak lebih berkategori berwatak datar (flatcharacter) dari pada berkarakter bulat (round character).
Fantasi dan imajinasi anak dapat menerima cerita yang fantastik dan tidak masuk akal sekalipun, seperti binatang yang dapat berbicara. Hal yang lebih penting adalah bagaimanakah kualifikasiwatak tokoh-tokoh cerita itu.
b.      Pengungkapan Tokoh
Secara garis besar perwatakan tokoh dapat diungkapkan lewat dua cara.Meliputi, cara langsung dan tidak langsung, cara ekspositori dan dramatik.
1) Cara Langsung Atau Uraian (Telling)
Teliing menggungkapkan karakter tokoh secara langsung dengan“diuraikan” oleh pengarang. Pengarang secara jelas menunjukan ataumendeskripsikan watak tokoh, bahkan sering diawal cerita belum-belumkita sudah mengetahui watak tokoh yang bersangkutan. Misalnya seorangpengarang menulis: “sinta seorang anak manis yang bsik. Ia anak yang rajin, tidak perna berbuat nakal, suka membantu ibu, rajin belajar, lebih suka membaca buku daripada menonton televisi atau bermain-main. Ia juga disenangi oleh kawan-kawannya”. Pengungkapan watak tokoh dengan cara initerkesan praktis, singkat, efisien dan mudah dipahami. Cara ini tepatnyadilakukan untuk bacaan anak usia prasekolah dan sekolah kelas rendah.
2) Cara Ragaan (Showing)
Cara ragaan (showing) atau dramatik yang mengungkapkan wataktokoh secara tidak langsung lewat alur cerita. Jadi watak tidak diuraikan dandideskripsikan secara serta-merta begitu saja, melainkan diungkapkansecara terselubung lewat cerita. Untuk membaca watak itu, pembacadipersilakan untuk menafsirkan sendiri, tentu saja dengan konsekuensibelum tentu sesuai dengan yang dimaksudkan oleh pengarang.
 Carapengungkapkan seperti inisebenarnya lebih alami dan lifelikeness. Selain itu,cara dramatik biasanya lebih menarik karena selain pembaca tidak merasadigurui, justru disitulah letak seninya membaca cerita.Pengungkapan cerita dengan cara dramatik sepertinya kurang efektifuntuk anak usia prasekolah dan sekolah kelas rendah, tetapi sudah dapatditerimah ole anak-anak kelas yang lebih tinggi, tetapiderajat kedramatiknyatentunya masih tergolong sederhana.
Cara pengungkapan watak tokohdalam sebuah cerita biasanya memanfaatkan cara uraian dan dramatiksekaligus. Variasi cara pengungkapan karakter tokoh juga merupakan salahsatu cara untuk mencapai keindahan cerita.

3.      Tema dan Moral
Tema dalam sebuah cerita dapat dipahami sebagai sebuah makna yang mengikat keseluruhan unsur cerita sehingga cerita itu hadir sebagai sebuah kesatuan yang padu. Berbagai unsur fiksi seperti alur, tokoh,alat sudut pandang, stile dan nilai-nilai beerkaitan secara sinergis untukbersama-sama mendukung eksistensi tema. Dalam sebuah cerita, temajarang diungkapkan secara eksplisit, tetapi menjiwai keseluruhan cerita.Seringkali dapat ditemukan sebuah kalimat, alinea atau kata-kata dialogyang mencerminkan tema keseluruhan. Jadi walaupun eksistensi itu dalamsebuah cerita tidak diragukan dan pada umumnya dapat dirasakan, sebuahsubstansi dan keberadaannya haruslah ditemukan lewat pembaca danpemahaman kritis.
Dengan fungsi memikat keseluruhan aspek cerita secara padu dan sinergis,tema juga dipahami sebagai ide utama atau makna utama dari sebuahtulisan. Sebagai ilustrasi Lukens mencontohkan, jika kita mempertanyakan,misalya; apa yang terjadi, mengapa bisa terjadi seperti itu, bagaimanakejadian selanjutnya dan siapa yang melakukannya, bagaimana iamelakukannya, apakah dia dapat mengatasi masalah itu, dan sebagainnyaadalah persoalan alur dan tokoh cerita, tetapi jika kemudian kitamempertanyaan apa artinya itu semua, apa maksudnya, atau pertanyaan-pertanyaanyang sejenis dengan hal itu, berarti kita mempertanyaan tema.Dengan demikian, pertanyaan tentang tema itu sebenarnya sering dilakukanoleh pembaca waktu itu hanya di dalam hat.
Demikian juga dengan pembacaanak, bisa jadi ia pun telah memikirkan makna cerita yang dibacanya.Moral dalam sebuah cerita dapat dapat dipahami sebagai suatu saran yangberkaitan dengan ajaran moral tertentu yang terkandung dalam cerita itu,atau sengaja dimaksudkan oleh pengarang untuk disampaikan kepadapembaca yang mengandung unsur kemanfaatan bagi dirinya. Dalam ceritaanak, tujuan memberikan pesan moral biasanya yang menjadi motifpenulisan cerita itu sendiri. Lewat sebuah cerita, selain dihidangkan yangmenyenangkan, secara langsung atau tidak langsung pembaca anakdiberikan ajaran moral.
Aspek tema dan moral dalam sebuah cerita adakalanya bersifat tumpang tindihdalam arti pernyataan tema juga sekaligus merupakan moral atausebaliknya. Hal itu merupakan sesuatu yang wajar karena keduanyamerupakan makna sebuah cerita. Tema yang menyarankan pada suatuajaran moral tertentu yang bersifat praktis pada hakikatnya adalah moral.Moral merupakan salah satu wujud tema dalam bentuk yangsederhana,walau tidak semua tema semestinya merupakan nilai moral.Moral bersifat praktis, karena ajaran yang diberikan langsung ditunjukansecara konkret lewat sikap dan tingkah laku tokoh cerita.
4.      Latar
Sebuah cerita memerlukan kejelasan kejadian mengenai dimana terjadi dankapan waktu terjadinya untuk memudahkan pengimajian dan pemahaman. Hal itu berartai bahwa sebuah cerita memerlukan latar, latar tempaatkejadian, latar waktu, dan latar sosial budaya masyarakat tempat kisahterjadi. Latar menjadi landas tupu cerita, dan juga penting dalam rangkapengembangna cerita. Latar memberikan dasar berpijak secara konkret danjelas. Hal itu akan memberikan kesan realistik kepada pembaca anak, yaitubahwa cerita yang dikisahkan seolah-olah ada dan terjadi sungguh-sungguh.Jika latar yang disajikan sudah dikenal pembaca, terutama latar tempat,maka akan semakin melibatkan anak ke dalam cerita karena merasa seolaholahdirinya merupakan bagian dari cerita itu. Sebaliknya, jika latar itubelum dikenal, anak akan mendapat informasi baru tentang keadaan latar ditempat lain. Demikian juga mengenai kebiasaan hidup yang merupakansalah satu bentuk latar sosial budaya masyarakat setempat yang berbeda dengan yang ada di sekelilingnya. Hal itu penting dalam rangka pemahaman dan pengembangan wawasan multikultural.
 Latar tempat itudisebut juga sebagai latar fisik, sedangkan latar sosial budaya sebagai latarspiritual. Latar yang baik dalam kaitannya dengan nilai kesastraan sebuah cerita adalah yang bersifat fungsional. Latar yang ikut berperan aktif dalam perkembangan alur dan karakter tokoh dan secara tidak langsung juga tema dan moral. Latar yang bersifat demikian menjadi bermakna dalam mendukung keutuhan sebuah cerita. Selain itu, latar mampu melibatkan anak secara lebih dalam ke dalam arus cerita sehingga mereka merasa lebih senang dan terlibat, di samping juga mampu memberikan informasi tentang latar lain dengan kultur lain yang penting artinya  buat pengembangan wawasan multikultural.
5.      Stile
Stile berkaitan dengan bahasa yang digunakan dalam sastra. Jadi stile itutermasuk dalam kategori bentuk, yaitu bentuk atau sarana yangdipergunakan untuk mengekspresikan gagasan. Aspek stile menentukanmudah atau sulinya cerita dipahami, menarik atau tidaknya cerita yangdikisahkan, dan karakternya juga mempebgaruhi efek keindahan yang ingindicapai. Dalam sastra anak peran stile menjadi lebih penting justru karenaanak belum mampu memahami bahasa yang kompleks, sementara merekamemerlukan bacaan cerita sebagai salah satu sarana memperoleh hiburan.
Stile (style) itu sendiri dapat dipahami sebagai wujud penggunaan bahasa dalam tuturan atau bagaimana cara seseorang mengungkapkan sesuatu yang akan diekspresikan. Jadi, stile mencangkup keseluruhan aspek formal kebahasaan, bahkan juga lafal untuk bahasa lisan dan ejaan untuk bahasa tulis. Aspek formal kebahasaan itu berupa aspek bunyi, kosakata, gramatikal (morfologi dan sintaksis), reotrika, kohesi dan konteks. Wujud stile akan berbesa tergantung pada siapa pengarang, siapa yang dituju debagai pembaca, apa tujuan menulis, apa isi tulisan dan lain-lain yang sering disebut sebagai faktor pragmatik. Berdasarkan faktor pragmatik tersebut dapat dimengerti bahwa stile untuk bacaan cerita anak tentunya berbeda dengan stile buku pelajaran yang juga untuk anak, juga berbeda dengan stile untuk cerita dewasa walau sama-sama bergenre fiksi.
6.      Ilustrasi
Ilustrasi adalah gambar-ganbar yang menyertai cerita dalam buku sastraanak. Hapir semua sastra anak dari berbagai genre pada umumnya disertaigambar-gambar ilustrasi yang menarik. Salah satu yang membedakan bukubacaan sastra anak denganbuku orang dewasa yang paling mudah dikenaliadalah ilustrasi yang menyertai teks verbal itu. Buku-buku yang tidak adagambar ilustrasinya dan jumlah halamannya tidak banyak dapatdipastikanitu bukan buku bacaan anak. Kehadiran ilustrasi pada sastraanak, apalagi buku yang sengaja dimaksudkan untuk anak-anak yang lebihkecil, misanya usia TK atau SD kelas-kelas awal.Kehadiran ilustrasi tersebut dalam banyak hal akan menentukan daya tarikbuku-buku bacaan yang bersangkutan bagi anak-anak. Buku-buku yangdiilustrasikannya menarik akan merangsang rasa ingin tahu anak sehinggamampu membangkitkan motivasi untuk membaca.
 Oleh karena itu, salahsatu kriteria pemilihan bacaan sastra anak adalah denganmempertimbangkan ilustrasi yang ada pada buku-buku bacaan. Ilustrasidalam satra anak dapat berupa lukisan, foto reproduksi gambar, dangambar-gambar yang sengaja dimaksudkan untuk memperkuat danmengkogretkan apa yang dikisahkan secara verbal. Antara teks verbal danilustrasi yang menyertainya ada keterkaitan logika yang erat, adaketerjalinan cerita yang saling mengisi dan melengkapi untuk mendukungmakna secara keseluruhan. Ketika membaca cerita yang diungkapkan lewatteks verbal, anak akan melihat gambar-gambar yang menyertainya danmempertimbangkan keterkaitannya. ilustrasi yang ada dalam bacaan anak,harus fungsional, dan tidak sekedar ilustrasi yang asal-asalan yang tidakberkaitan denganteks verbal dan tema keseluruhan.
Ilustrasi buku-buku sastra harus menarik perhatian anak, untuk itu gambargambaryang digunakan harus jelas, warna-warni, komunitatif danditampilkan secara variatif pada setiap halaman buku, selain itu gambargambartersebut harus menampilkan tokoh anak, lucu dan secara jelasmelukiskan sesuatu. Gambar-gambar ilustrasi pada buku anak yang lebihkecil umumnya lebih dominan daripada teks verbal, dengan komposisiwarna yang lebih mencolok, lebih besar dan hampir memenuhi halamanhalamanbuku. Hal itu sengaja dilakukan karena anak karena anak belum lancar membaca dan aktifitas apresiasi masih lebih banyak ditunjukkan pada ilustrasinya. Di pihak lain pada buku-buku bacaan anak yang sudah lebih besar, ilustrasinya semakin dikurangi, bentuk lebih kecil, dan bahkan belum tentu ada di setiap halaman buku.
7.      Format
Format bacaan memegang peran penting untuk memotivasi anak untukmembaca sebuah buku bacaan cerita walau format itu sendiri bukan bagiandari cerita. Yang termasuk bagian format buku adalah bentuk, ukuran,desain sampul, desain halaman, ilustrasi ukuran huruf, jumlah halaman,kualitas kertas, dan model penjilidan.Ketepatan sebuah format tidak hanya ditentukan oleh salah satu ataubeberapa aspek saja, melainkan keterpaduan dari keseluruhan aspek formatdan bahkan juga dengan isi bacaan cerita.
Desain sampul yang terdiri darigambar dan tulisan harus kelihatan provokatif dan sekaligus harusberkaitan dengan adegan tertentu dalam isi cerita. Untuk bacaan anak,ilustrasi masih amat diperlukan, tidak hanya di halaman sampul tetapi didalam buku. Ilustrasi tersebut selain memperindah buku dan memotivasianak untuk membacanya, juga memberikan efek pencitraan yang lebihmendalam. Bahkan orang dewasa pun juga senang melihat buku anak-anakyang dilengkapi dengan gambar-gambar menarik.
Ukuran huruf juga penting untuk buku bacaan anak. Bacaan untuk anakanakkelas rendah bahkan prasekolah haruslah ditulis dengan huruf-hurufyang relatif besar. Selain untuk memotivasi anak, khususnya bagi anak yangsedang belajar membaca, bentuk huruf yang besar akan memberikan kesansensoris yang lebih baik, memudahkan untuk mengingat, atau menirukandalam latihan menulis. Bacaan untuk anak yang lebih besar dengan kelasyang lebih tinggi, huruf bacaan yang dibuat harus lebih kecil. Penggunaanhuruf besar pada buku bacaab kelas yang lebih tinngi membuat merekamerasa diri sebagai bocah cilik, dan itu akan membuat mereka malasmembacanya.
Panjang pendek cerita atau jumlah halaman juga penting untukdipertimbangkan untuk pemilihan bacaan anak. Untuk bacaan cerita anak dikelas awal, jumlah satu halaman sudah cukup panjang, tetapi untuk anakkelas lebih tinggi jumlah halaman harus meningkat. Tidak aada ketentuanpasti tentang jumlah halaman tersebut, namun jumlah halaman yangpanjang atau buku yang tebal kadang-kadang menyebabkan anak merasagamang untuk membaca dan menyelesaikannya. Namun, hal itu akan sangat tergantung pada daya tarik buku cerita yang bersangkutan. Sebagai contoh ekstrem misalnya, buku cerita Herry Poter. Jumlah halam buku itu untuk tiap jilid berkisar antara 600-800 halaman, dan jilid kelima di atas 1200 halaman, tetapi juga amat di pengaruhi anak di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, selalu dibaca tuntas dan selalu ditunggu-tunggu terbitan seri-seri berikutnya.

B.     Dimana Bacaan Sastra Anak Dapat Diperoleh ?
Pertanyaan “Di mana bacaan sastra anak dapat diperoleh ?” bisa jadi masih menghantui sebagai guru dan orang tua. Hal itu mungkin disebabkan tidak tahu atau bingung untuk mendapatkannya. Bagi para guru Sekolah Dasar hal itu mungkin juga cukup membebani karena selama ini pembelajaran sastra belum belum secara intensif dilakukannya. Pembelajaran sastra bisa jadi dianggapnya sebagai beban tambahan.
Dewasa ini memperoleh bacaan sastra anak amatlah mudah. Di toko-toko buku tersedia amat beragam dan banyak buku bacaan anak yang disediakan pada rak-rak khusus. Buku-buku bacaan bahasa Indonesia maupun karya-karya terjemahan, atau karya yang terdiri dari Bahasa Indonesia dan  Bahasa Inggris. Buku-buku tersebut banyak yang sudah menunjuk dirinya untuk dipakai pada anak usia tertentu sehingga kita tinggal memilih sesuai dengan keadaan anak yang akan diberi bacaan itu.
Buku-buku yang ditulis dalam bahasa Indonesia, selain yang merupakan karya-karya kreatif, dalam arti karya asli pengarang yang bersangkutan, juga banyak beredar buku-buku kumpulan dongeng dari berbagai pelosok tanah air Indonesia. Demikian juga buku-buku kumpulan dongeng dari berbagai belahan dunia yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang banyak diterbitkan oleh Gramedia. Baik yang bercerita binatang, manusia maupun tentang keduanya.
Kini berbagai surat kabar harian banyak yang menyediakan kolom atau rubrik untuk bacaan anak. Demikian pula halnya majalah. Bahkan, kini juga relatif banyak majalah yang sengaja diterbitkan khusus untuk anak.
Artinya dewasa ini anak-anak kita benar-benar dimanjakan dengan ketersediaan demikian banyak pilihan bacaan yang beragam. Pengumpulan berbagai cerita atau dongeng yang semula diterbitkan lewat majalah harian tentu akan sangat membantu untuk mengoleksi dan menyimpannya.
Karya sastra anak yang bergenre puisi atau fiksi yang dimuat di koran dan majalah hal itu dapat berperan ganda: di satu sisi anak-anak dapat membaca dan mengapresiasi sastra, sedang di sisi lain akan dapat merangsang motivasi anak untuk merasa mampu menulis. Jadi karya-karya dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit motivasi anak untuk berbuat serupa. Hal itu penting karena ia dapat membangkitkan kesadaran anak untuk menulis sebagaimana sarana mengekspresikan ide dan gagasan dan dengan cara itu bukannya mustahil kelak mereka akan muncul menjadi penulis andal bukan hanya dalam lingkup penulisan kreatif saja. Untuk membangkitkan rasa bangga di hati anak-anak yang karyanya di muat di media massa, kita perlu memberikan apreseiasi terhadapnya.
Akhirnya juga harus dikemukakan bahwa sebenarnya tidak banyak anak Indonesia yang mempunyai kesempatan dimanjakan dengan berbagai buku bacaan sastra tersebut. Anak-anak yang tinggal di pelosok pedesaan, atau anak-anak kota yang orang tua kurang mampu, yang jumlahnya jauh lebih banyak, akan kurang dapat menikmati limpahan buku-buku berharga itu. Oleh karena itu, pihak sekolah, lembaga yang terkait, atau siapa pun yang peduli dengan anak dan masa depan mereka yang aset bangsa di masa depan haruslah bersedia berkorban mungusahakan bacaan-bacaan itu.
1.      Buku Asli
Buku asli dimaksudkan sebagai buku sastra anak yang sejak awalnya ditulis dalam bahasa Indonesia atau berbagai cerita rakyat dari berbagai daerah di Indonesia yang kemudian ditulis ulang dalam bahasa Indonesia. Singkatnya, buku asli dimaksudkan sebagai buku yang bukan terjemahan dari bahasa asing. Pada umumnya buku asli tersebut ditulis oleh penulis Indonesia.
2.      Buku Terjemahan
Buku terjemahan dimaksudkan sebagai buku sastra anak yang mula-mula ditulis dalam bahasa asing dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Adanya sastra terjemahan dalam suatu bangsa merupakan hal yang bersifat universal dan justru itu dapat terjadi kontak budaya dan saling memahami antar budaya di antara berbagai bangsa di dunis secara intensif.
Baik buku asli maupun terjemahan dapat diperoleh di berbagai toko buku yang menyediakan buku-buku bacaan anak. Tempatnya pun biasanya cukup strategis dan sengaja dikelompokkan secara tersendiri yang terpisah dengan buku-buku lain yang untuk orang dewasa. Jika melihat-lihat buku-buku sastra anak yang dipajang di rak-rak kita akan mendapati bahwa buku terjemahan jauh lebih mendominasi dariapada buku-buku asli Indonesia. Hal itu sekaligus menunjukkan bahwa sastra anak benar-benar telah terjadi perhatian dan sejaligus kebutuhan yang universal. Orang di dunia menyadari bahwa betapa pentingnya penyediaan buku bacaan untuk anak-anak.
Buku bacaan yang mana yang akan kita pilih, yang asli ataukah yang terjemahan? jawabannya adalah kedua-duanya, yang utama adalah pertimbangan kesesuaian dengan usia anak yang akan membacanya. Keduanya sama-sama baik untuk memberikan sayap kepada anak agar dapat terbang mengembara bersama imajinasinya. Buku-buku terjemahan itu ditulis oleh penulis syang sengaja menulis untuk anak-anak Indonesia dan tidak menerjemahkan dan menerbitkan buku-buku itu tanpa pertimbangan moral. Namun demikian, sikap kehati-hatian tetap saja perlu dilakukan, misalnya siapa tahu ternyata ada buku terjemahan yang secara budaya dan moral tidak sesuai dengan budaya kita atau paling tidak belum sesuai usia anak yang membacanya.



BAB III
PENUTUP
A.  Simpulan
Untuk memilih bacaan sastra anak kita dapat melakukan penilaian terhadap beberapa hal berikut yang mencangkup keseluruhan aspek:
a.    Alur Cerita
b.    Penokohan
c.    Tema dan moral
d.   Latar
e.    Stile
f.     Ilustrasi
g.    Formal
Bacaan sastra anak dapat diperoleh di berbagai macam tempat seperti toko buku dan juga terdapat di surat kabar harian dan majalah
Terdapat dua macam buku bacaan sastra anak yaitu, buku asli dan terjemahan yang keduanya sama-sama baik dapat merangsang motivasi anak untuk merasa mampu menulis.




DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan, Heru. 2009. Sastra Anak. Yogyakarta : Delta Buku.
Nurgiantora, Burhan. 2016. Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogjakarta: Gadjah Mada University Press.
Winarni, Retno. 2014. Kajian Sastra Anak Edisi 2. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUBUNGAN STILISTIKA DENGAN ILMU LAIN

ANALISIS KLASIFIKASI EMOSI PADA CERPEN BUKAN MAHASISWA SAYA KARYA BUDI DARMA