KLAUSA

MAKALAH
KLAUSA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sintaksis
Dosen Pengampu : Doni Uji Widiatmoko, M. Pd.








Naimatul Jannah
5.15.06.13.0.023 

 






PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN DAN TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM MAJAPAHIT
MOJOKERTO
2017


KATA PENGANTAR
Segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan kepada kami dalam pentusunan laporan ini.
Salawat beriring salam juga tak lupa kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menghantarkan kehidupan ini menjadi lebih berakhlaqul karimah.
 Dalam penyusunan makalah ini banyak mengalami hambatan namun berkat arahan dan bimbingan dari berbagai pihak maka kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih  kepada dosen pengampu kami bapak Doni Uji Widiatmoko, M. Pd. Yang telah banyak membantu kami untuk menyelesaikan makalah ini. Dan kepada semua pihak yang telah memberikan masukan dan arahan sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak terhadap kekurangan dan kekeliruan dan masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu saran dan kritik pembaca kami harapkan demi kesempurnaan di masa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita.










Mojokerto, 15 Mei 2017



                                                                                                              Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Bahasa  adalah fenomena yang menghubungkan dunia makna dan dunia bunyi. Lalu, sebagai penghubung diantara kedua dunia itu, bahasa dibangun oleh tiga buah komponen, yaitu komponen leksikon, komponen gramatika, dan komponen fonologi . Sistem gramatika biasanya dibagi atas subsistem morfologi dan subsistem sintaksis. Subsistem sintaksis membicarakan penataan dan pengaturan kata-kata itu kedalam satuan-satuan yang lebih besar, yang disebut satuan-satuan sintaksis, yakni kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana.
Banyak permasalahan yang ada dalam mendalami penguasaan sintaksis dan hakikatnya. Perlu pendalaman dan banyak mempraktekan dalam dunia kebahasaan. Karena ilmu sintaksis sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Masih banyak orang yang belum mengetahui dan belum paham tentang makna dan hakikat sintaksis. Padahal, penggunaanya begitu dekat dengan masyarakat Indonesia. Yaitu berkisar tentang kalimat bahasa Indonesia yang digunakan sebagai alat komunikasi sehari-hari.
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan sintaksis itu? Sintaksis merupakan ilmu yang mempelajari tentang tatabahasa. Sintaksis juga dapat dikatakan tatabahasa yang membahas hubungan antarkata dalam tuturan. Sintaksis secara etimologis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata, kelompok kata menjadi kalimat. Menurut istilah sintaksis dapat mendefinisikan : bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk kalimat, klausa, dan frasa. Sintaksis itu mempelajari hubungan gramatikal di luar batas kata, tetapi di dalam satuan yang kita sebut kalimat. Istilah sintaksis (Belanda, syntaxis) ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase.
 Dilihat dari segi bentuknya, kalimat dapat dirumuskan sebagai salah satu konstruksi sintaksis yang terdiri dari dua kata atau lebih. Hubungan struktural antara kata dan kata, atau kelompok kata dengan kelompok kata yang lain berbeda-beda. Antara “kalimat” dan “kata” terdapat dua satuan sintaksis antara, yaitu “klausa”dan “frase”. Klausa merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata, atau lebih, yang mengandung unsur predikasi. Sedangkan frase merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata, atau lebih, yang tidak mengandung unsur predikasi . Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dikatakan bahwa klausa berkedudukan sebagai bagian dari suatu kalimat, dan oleh karena itu klausa tidak dapat dipisahkan dari kalimat.
Untuk keperluan  berbahasa sehari-hari yang baik dan benar, baik dalam bahasa lisan maupun bahasa tulis, dituntut kemampuan untuk  membuat konstruksi kalimat yang baik dan benar pula.  Maka pengetahuan tentang jenis-jenis klausa dan strukturnya menjadi sangat penting, karena sebuah kalimat merupakan satuan sintaksis yang terdiri dari satu atau lebih klausa.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah:
1.      Apakah yang dimaksud dengan klausa ?
2.      Apa sajakah macam-macam klausa?
C.    Tujuan Masalah
Bertolak dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan :
1.  Untuk mendeskripsikan pengertian klausa.
2.  Untuk mendeskripsikan macam-macam klausa.
  
BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Klausa
 Istilah klausa dipakai untuk merujuk pada deretan kata yang paling tidak memiliki subjek dan predikat, tetapi belum memiliki intonasi atau tanda baca tertentu. Istilah kalimat juga mengandung unsur paling tidak memiliki subjek dan predikat, tetapi sudah dibubuhi  intonasi atau tanda baca tertentu. 
Klausa adalah satuan sintaksis yang bersifat predikatif. Artinya, didalam satuan atau konstruksi itu terdapat sebuah predikat, bila dalam satuan itu tidak terdapat predikat, maka satuan itu bukan sebuah klausa
Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri atas subjek dan predikat, baik disertai objek, pelengkap, dan keterangan maupun tidak. Klausa adalah S P (O) (pel) (ket). Tanda kurung tersebut menandakan bahwa fungsi-fungsi yang terletak dalam tanda kurung bersifat manasuka, boleh ada, boleh tidak. Jadi, unsure inti klausa ialah S (subjek) dan P (predikat). Contohnya :
1.      Ibu membaca
2.      Adik belajar
3.      Lukisanku indah
Adanya klausa tidak disertai unsure subjek (S). Hal ini terutama terdapat pada kalimat jawaban dan kalimat majemuk sebagai akibat penggabungan klausa. Contoh :
1.      Sedang berdiskusi. (sebagai jawaban pertanyaan, “anak-anak sedang apa?”)
2.      Walaupun sibuk, ia masih sempat menulis.
Contoh (1) merupakan kalimat jawaban. Kalimat jawaban tersebut jika diungkapkan secara lengkap berbunyi, Anak-anak sedang berdiskusi. Namun demikian, untuk mengefektifkan kalimat, orang sering hanya menjawab dengan klausa yang tak lengkap, yang hanya terdiri atas unsur P (predikat) seperti contoh (1).

Klausa yang hanya terdiri atas unsur P juga terdapat dalam contoh (2). Kalimat itu merupakan kalimat majemuk; ia masih sempat menulis, merupakan induk kalimat (klausa inti), walaupun sibuk merupakan anak kalimat (klausa sematan). Unsure subjek dalam induk kalimat dan anak kalimat sama, yaitu ia sehingga subjek tersebut tidak dihadirkan (dilesapkan) pada bagian anak kalimatnya. Tinggallah unsur P (predikat) saja pada bagian anak kalimat tersebut. Hal itu akan tampak jelas dengan mengamati analisis berikut.
Walaupun O sibuk, ia masih sempat menulis.
            Konj.          P        S          P          Pel.
            ----------------------------------------------------------------------
            anak kalimat                                                    induk kalimat 
Tanda O tersebut menunjukkan bahwa pada bagian tersebut ada unsur yang dilesapkan, yaitu subjek anak kalimat ia.  
B.       Macam-macam Klausa
Dalam bahasa Indonesia terdapat bermacam-macam klausa. Berikut dipaparkan jenis-jenis klausa berdasarkan criteria-kriteria tertentu.
1.      Berdasarkan kelengkapan Unsur Intinya
Berdasarkan kelengkapan unsur intinya, klausa dibedakan menjadi dua, yaitu (1) klausa lengkap dan (2) klausa tak lengkap. Klausa lengkap adalah klausa yang minimal terdiri dari atas unsur S dan unsur P. Klausa tak lengkap adalah klausa yang tidak memiliki unsur S (hanya terdiri atas unsur P). Adapun contoh klausa tak lengkap sudah diinformasikan di atas, yaitu pada kalimat jawaban dan kalimat luas sebagai akibat penggabungan klausa. Mengenai klausa tak lengkap ini bisa dicermati kembali contoh (1) dan (2) beserta penjelasan di bawahnya.
2.      Berdasarkan Struktur Internalnya
Berdasarkan Struktur Internalnya, klausa dibedakan menjadi dua, yaitu klausa berstruktur runtut dan kalusa berstruktur inverse. Klausa berstruktur runtut adalah klausa yang unsur subjeknya berada di depan unsur predikat. Contoh :
(1)   Ia pandai
S      P
(2)   Anak-anak bermain
S              P
Klausa runtut berkebalikan dengan klausa inversi. Dalam klausa inversi unsur predikat mendahului unsur subjek. Jadi, klausa berstruktur inversi adalah klausa yang unsur subjeknya berada di belakang unsur predikat. Contoh :
(1)   Pandai ia
P           S
(2)   Bermain anak-anak
P                         S
(3) indah lukisannya
        P          S
3.      Berdasarkan Distribusinya
Berdasarkan distribusinya, klausa dibedakan menjadi dua, yaitu (1) klausa bebas dan (2) klausa terikat. Klausa bebas adalah klausa yang mampu berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna, tidak menjadi bagian yang terikat pada klausa yang lain.
Klausa bebas dalam kalimat majemuk subordinatif disebut klausa atasan, dan klausa terikat disebut klausa bawahan. Disebut klausa bebas jika unsur-unsur fungsinya lengkap dan jika diberi intonasi final dapat menjadi kalimat. Sedangkan  klausa terikat unsur-unsur fungsinya tidak lengkap.
 Klausa Bebas adalah klausa yang mampu berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna, tidak menjadi bagian yang terikat pada klausa yang lain.
 Arifin mengatakan bahwa klausa bebas adalah klausa yang berpotensi menjadi kalimat lengkap.
Klausa terikat adalah klausa yang tidak mampu berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna, dan menjadi bagian yang terikat dari konstruksi yang lain.
Cook melalui Tarigan menjelaskan bahwa Klausa terikat adalah klausa yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna; hanya mempunyai potensi sebagai kalimat tak sempurna.
Arifin mengatakan bahwa klausa terikat adalah klausa yang tidak berpotensi menjadi kalimat lengkap, tetapi hanya berpotensi menjadi kalimat minor.
Dari ketiga pendapat tersebut yang menjadi kesepakatan dalam batasan klausa terikat adalah potensinya tidak akan menjadi kalimat sempurna dan tidak dapat berdiri sendiri.Contoh :
(1)   a. Ayo membaca (klausa bebas)
b. BRI Klaten mengutamakan kepuasan nasabah (klausa bebas)
 (2)  a. Jika tidak mengikuti ujian, …… (klausa terikat)
       b. Meskipun tanpa tugas, ………  (klausa terikat)
4.      Berdasarkan ada tidaknya unsur negasi pada P
Berdasarkan ada tidaknya unsur negasi pada predikat, klausa dibedakan menjadi (1) klausa positif dan (2) klausa negatif. Klausa positif adalah klausa yang tidak mempunyai kata negasi/ penginggakaran pada fungsi predikat, sedangkan klausa negatif adalah klausa yang predikatnya mempunyai unsure negasi. Unsure negasi adalah unsur-unsur yang mengandung pengingkaran, seperti kata tidaak, bukan, tak, tiada, bukan, belum, dan jangan. Contoh :
(1)   Ia tidak hadir hari ini.
S       P             K
(2)   Jangan diambil buku itu.
P               Pel
(3)   Ia bukan petinju.
P               Pel
5.      Berdasarkan Kategori Pengisi Fungsi Predikat
Berdasarkan kategori fungsi predikatnya, klausa dibedakan menjadi dua, yaitu (1) klausa verbal, dan (2) klausa nonverbal. Kalusa verbal adalah klausa yang predikatnya berkategori kata kerja, sedangkan kalusa nonverbal adalah klausa yang predikatnya berkategori selain kata kerja.



 Unsur pengisi fungsi P yang tidak berkategori verbal antara lain nominal, adjectival, numeral, dan preposisional ( frase depan) contoh :
(1)   a. mereka menyanyi bersama. (klausa verbal)
b. Beni memancing di sungai. (klausa verbal)
(2)   a. orang tuanya pedagang. (klausa nonverbal)
b. ia perawat di rumah sakit ini. (klausa nonverbal: nominal)
(3)   a. wajahnya ceria. (klausa nonverbal: adjectival)
(4)   b. rumahnya sangat jauh.(klausa nonverbal: adjectival)
(5)   a. mahasiswa di kelasnya tiga puluh. (klausa nonverbal: numeral)
b. angsa di kandang itu lima belas. (klausa nonverbal: numeral)
(6)   a. ia di kampus. (klausa nonverbal: preposisional)
b. bapak dari Surabaya. (klausa nonverbal: preposisional)
Sementara itu, berdasarkan struktur internalnya, klausa verbal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (1) klausa transitif, (2) klausa interansitif. Klausa transitif adalah klausa yang mengandung kata kerja transitif, yaitu kata kerja transitif, yaitu kata kerja yang mengkehendaki hadirnya objek. Contoh:
(1)   Rudi mengagumi Yuli.
S              P            O
(2)   Ayah membelikan adik sepatu roda.
S              P              O     Pel
Sebaliknya, klausa interansitif adalah klausa yang predikat verbalnya tidak memerlukan kehadiran objek. Contoh :
(1)   Mereka berkumpul di aula.
S              P                K
(2)   Matahari terbit di timur
S                P        K
Jenis-jenis klausa di atas dapat digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut.


BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Klausa adalah satuan sintaksis yang bersifat predikatif. Artinya, didalam satuan atau konstruksi itu terdapat sebuah predikat, bila dalam satuan itu tidak terdapat predikat, maka satuan itu bukan sebuah klausa.
Klausa dibagi menjadi tujuh yaitu, berdasarkan kelengkapan unsur intinya, berdasarkan struktur internalnya, berdasarkan distribusinya, berdasarkan ada tidaknya unsur negasi pada P, berdasarkan kategori pengisi fungsi predikat, dan klausa verbal.

DAFTAR PUSTAKA
Sukini. 2010. SINTAKSIS: Sebuah Paduan Praktis. Surakarta. Yuma Pustaka 



 

Komentar

  1. Slot machine games - DrmCD
    Play the 동두천 출장마사지 best 보령 출장샵 slots games 전라북도 출장샵 on DrmCD now! From classic slots to modern table games, Dr.Money Wheel is the name of the best! 원주 출장샵 Slot machines 당진 출장마사지 from our partners, such as

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUBUNGAN STILISTIKA DENGAN ILMU LAIN

ANALISIS KLASIFIKASI EMOSI PADA CERPEN BUKAN MAHASISWA SAYA KARYA BUDI DARMA

PEMILIHAN BACAAN SASTRA ANAK